Nama Pelatihan : Seminar Pendidikan FKPQ
Kabupaten Karawang
Keynote Speakers : Kepala Kemenag Kabupaten Karawang, H.Sopian,S.Pd.I, M.Si
Nara Sumber : DR. Adian Husaini (Pembina Ponpes
Attaqwa, Bogor. Penulis buku : 50 tahun mencari ilmu,, bahagia)
Tema : Pendidikan Akhlak dan Karakter Sebagai Pilar Utama Membentengi
Generasi Islam
Tempat : Swiss Bell Hotel,Karawang
Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Februari 2018
Dirangkum
oleh : Hani Andriyani,
Guru di TKQ Al Hakim, Karawang.
Website : https:\alhakim.madrasah.id
Peserta dari TKQ Al Hakim: Ibu Hani Andriyani, Ibu Halimah
Komitmen Kemenag
Karawang untuk menjadikan Karawang Kota Santri melalu 12 Program, sebagai berikut: 1)
e-governmnet; 2) SAPA (Sarapan bersama Penyuluh); 3) Netralitas ASN dalam Pilkada; 4) SALAM (Silaturahim Lembaga Keagamaan)
melalui seminar, pelatihan, rapat koordinasi antar lembaga; 5) NYANTRI
(Magang Santri); 6) NGOPI (Ngobrol
Pendidikan Islam); 7) NGAJI (Ngobrol
Soal Haji) Pelayanan satu atap terkait ibadah haji; 8) BERKAH (Belajar Rahasia Nikah); 9) Bina Kawasan dan guru-guru ngaji; 10) Fokus ke PD PONTREN (Pendidikan Diniyyah dan Pondok Pesantren); 11)
MENGAJI (Mengarah Jati Diri); 12) HALAL INDONESIA (Proyek yang
berhubungan dengan produk-produk makanan).
KEMENAG KUAT, KARAWANG HEBAT.
(Key note Speaker : H.
Sopian S.Pdi. M.Si)
Seminar Speaker: DR. Adian Husaini
Nara sumber merupakan
penulis dari buku yang berjudul “50 tahun mencari ilmu, bahagia”. Buku tersebut
terinspirasi dari dorongan semangat
hidup ibunda narasumber, semakin banyak dan sulit masalah yang dihadapi
maka hidup akan semakin sukses. Itulah semangat para pencari ilmu sejatinya.
Para pencari ilmu saat
ini berorientasi pada pembelajaran seperti IPA, Matematika,Kimia dan Teknologi,
namun disayangkan apabila tidak dapat menemukan Allah SWT dalam ilmu yang dipelajarinya. Orang-orang yang pernah mempelajari Al Qur’an
namun tidak digunakan dalam kebaikan
maka seperti ular yang membuang kulitnya. Untuk itu, sudah seharusnya sebagai seorang
mukmin, Ilmu yang dicari lalu kemudian didapat agar didedikasikan untuk kepentingan agama Islam.
Syarat untuk menjadi orang baik adalah berkeinginan kuat untuk mencari ilmu
dengan ikhlas.
- AKHLAK DAN KARAKTER
Akhlak
Menurut Imam Al
Ghozali, akhlak adalah sifat yang melekat atau sifat jiwa yang kokoh yang dari
sifat itu lahir tanpa dipikirkan dan dipertimbangkan/ otomatis/spontanitas.
Terdapat 2
akhlak,yaitu:
\1. Akhlak yang mulia
(Akhlakul Karimah)
Menurut Imam Bukhori,
akhlak yang mulia adalah adab-adab yang dasarnya adalah Iman, Aqidah dan Agama.
Dan semulia-mulianya
akhlak adalah suri tauladan kita Rasullulloh Muhammad SAW.
2. Akhlak yang buruk.
Karakter
Karakter berasal dari
bahasa Yunani, yang artinya topeng.
Berbeda dengan akhlak,
karakter itu dasarnya adalah budaya atau kebudayaan yang tidak ada batas.
Misalnya:
~ Karakter orang Jepang
adalah Etos Kerja tinggi, disiplin dan Jujur.
~ Karakter orang
Indonesia adalah: Ramah tamah, Gotong royong (tolong menolong).
Akhlak dan Karakter merupakan suatu hal yang berbeda . Jika akhlak
didasarkan pada Iman,aqidah dan agama yang disuri tauladani oleh Rasullulloh
Muhammad SAW, sedangkan karakter berdasarkan kebudayaan atau kebiasaan suatu
bangsa.
Mengamalkan Pancasila berarti mengamalkan Islam, karena sila pertama
dari Pancasila adalah:” KETUHANAN YANG MAHA ESA” hal ini sesuai dengan syariat
Islam, terkait ketauhidan.
Segala tindakan seorang muslim selalu ada contoh atau panduan/ teladan
yaitu mengikuti Rasulllulloh Muhammad SAW, karena jelas bahwa tidak ada manusia
dimuka bumi ini yang segala tindakan dan namanya selalu menjadi contoh seperti
Nabi Muhammad SAW dan tidak ada satupun kitab didunia ini selain Al Qur’an yang
menyebutkan seorang tauladan sepanjang masa seperti Rasullulloh SAW.
Professor Ahmad Tafsir,Pakar Pendidikan Islam, mengatakan bahwa terdapat
empat syarat dalam membentuk akhlakul karimah/akhlak yang mulia/Karakter
Islami, yaitu:
1.
Keteladanan
2.
Pembiasaan
3.
Pemotivasian.
4.
Sanksi.
Untuk tindakan kenakalan anak yang dapat ditolerir dapat diberi sanksi
hikmah (teladan), tidak perlu sanksi secara fisik namun lebih ditekankan kepada
kasih saying, dan tugas guru untuk selalu mendoakan anak didiknya agar
berakhlak mulia.
- KISAH KHALIFAH HARUN AL RASYID
DAN HIKMAHNYA
Harun Al Rasyid memeliki seorang anak yang dititipkan pada seorang guru. Suatu hari, Harun Al Rasyid
melihat guru anaknya menyuruh anak dari Harun Al Rasyid untuk menuangkan air
dengan tujuan gurunya berwudhu. Anaknya Harun Al Rasyid hanya menggunakan
tangan kanannya saja, namun tangan kirinya tidak digunakan. Lalu Harun Al
Rasyid sebagai orangtuanya menasihati kepada guru anaknya agar tangan kiri
anaknya digunakan untuk membasuh kaki gurunya ketika berwudhu. Itulah adab
seorang murid kepada gurunya.
Tentu jaman khalifah Harun al rasyid berbeda dengan jaman saat ini,
terdapat sesuatu yang hilang dalam pola-pola pendidikan masa kini, yaitu adab
yang akan membentuk akhlak.
Padahal Al Qur’an menyuruh kita sebagai orangtua untuk menjauhkan kita
dan keluarga kita dari api neraka, bagaimana caranya?
Didalam tafsir Ibnu Katsir dari
Ali bin Abi Thalib dituliskan: “Jika kamu tidak ingin keluargamu masuk neraka
maka didiklah dengan adab dan ilmu.”
Seorang tokoh ulama pendiri negeri ini K.H. Hasyim Azhari, dalam kitab
Adabul Alim Wal Muta’alim , menjelaskan bahwa adab dan ilmu merupakan model
pendidikan dalam /Islam, misalnya: adab terhadap
orangtua, adab makan, adab disiplin, adab menuntut ilmu. Yang dapat merasuk pada jiwa dan pemikiran
anak. K.H. Hasyim Ashari juga mengatakan
dalam kitab ilmu jamaah:” Pergilah kamu kepada alim ulama dan fukaha,
belajarlah ilmu kepada mereka dan ambillah adab mereka, belajarlah sifat lemah
lembut sebelum mempelajari ilmu hadits.”
Hak-hak anak yang sebaiknya dipenuhi:
1.
Mendapatkan nama yang baik.
2.
Mendapatkan persusuan yang baik.
3.
Mendapatkan adab yang baik dari
orangtuanya.
Memberikan adab yang
baik pada anak merupakan hal yang sangat penting, sebagaimana Imam Syafi’I
pernah mengatakan: “ Aku mencari adab seperti aku mencari satu-satunya anakku
yang hilang”.
- EMPAT PILAR DALAM MENDIDIK ANAK.
Lembaga Pendidikan
sebaiknya memperhatikan empat pilar dalam mendidik anak, yaitu:
1.
Tujuan Pendidikan, tetapkan tujuan
dari proses pendidikan, cantumkan seperti mencetak generasi yang berakhlakul
karimah.
2.
Kurikulum harus sejalan dengan tujuan
pendidikan yang hendak dicapai.
3.
Program.
4.
Evaluasi.
Dalam mengajar anak didik, pengajar sebaiknya menetapkan 3 hal kebutuhan
dasar anak, misalnya sebagai berikut:
1.
Primer, Seperti: Pendidikan Agama,
Tauhid, Adab,Tahsin, Tahfidz,akhlakul karimah, Menulis, Membaca, berhitung..
Yang akan membentuk life skills, bagaimana bisa mengarungi hidup ini sebagai
seorang muslim.
2.
Sekunder.
3.
Tersier
Kebutuhan primer anak seharusnya masuk kedalam kurikulum inti (Intra
kurikuler), bukan pada ekstrakurikuler. Ingatlah bahwa generasi Salahuddin al
Ayyubi berkaca pada generasi para sahabat Rasul, generasi Salahuddin Al Ayyubi
dibangun dengan semangat bahwa Rasululloh SAW tidak hanya meninggalkan Al
Qur’an dan Hadits namun juga generasi yang Mujahid, berakhlak mulia,,kisahnya
terabadikan hingga akhir jaman, yaitu generasi
para Sahabat. Maka perkenalkanlah
anak-anak didik kita tentang tokoh-tokoh
besar pada generasi-generasi para sahabat.
- KESIMPULAN
Adab is coming from
hikmah, maksudnya
bahwa adab itu datang dari hikmah, Contohnya: Dalam Al qur’an surat Lukman yang
mengisahkan nasehat Lukman kepada anaknya, nasehat yang penuh kelembutan dan
adab-adab. Kita lihat juga, bagaimana Nabi Ibrahim bersikap kepada Ismail.
Misi atau tujuan pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak, lalu
pendidikan adab baru menuju pendidikan ilmu.
- SARAN DARI NARA SUMBER
1.
Saran untuk Lembaga: Kurikulum
pendidikan dalam lembaga pendidikan ditekankan kepada pendidikan akhlak,
pendidikan adab lalu pendidikan ilmu.
2.
Saran untuk Pendidik: Pendidik harus
ikhlas mendidik, menjadi suritauladan bagi anak didiknya, dan pendidik juga
harus terus bertholabul ilmu atau mengupgrade
ilmunya.
3.
Saran untuk Orangtua: Orangtua agar
mengikuti perkembangan dunia saat ini, semisal dengan keahlian IT (Information Technology).
4.
Saran untuk 3 komponen: Melakukan
pendampingan kepada peserta didik, seperti melakukan diskusi, mendoakan anak
dan selalu menasihati hal-hal yang baik pada anak karena pada hakekatnya
yang memberikan petunjuk atau perubahan
akhlak anak menuju sholeh adalah Allah SWT. Usahakan dalam kondisi apapun
jangan sampai terputus jalinan komunikasi dengan anak.